Rabu, 04 Juni 2014

I. TUJUAN 1. Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi basah dengan zat aktif parasetamol. 2. Bisa membuat sediaan tablet PCT dengan menggunakan metode granulasi basah. II. TEORI DASAR 2.1 Tablet 2.1.1 Definisi Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. ( FI edisi III hal 6) Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406) Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4) Tablet adalah bentuk dosis padat dan substansi obat yang biasanya disiapkan dengan bantuan bahan tambahan yang cocok. (ansel hal 291) 2.1.2 Sifat dan syarat Tablet ( lachman hal 132) 1. Menurut Lachman hal 132 a. Tablet harus cukup kuat dan tahan terhadap gangguan dan absorpsi untuk mempertahankan pemeliharaan selama proses pembuatan , pengepatan , pengiriman dan penggunaan. Penyesuaian sifat dilakukan dengan dua cara yaitu uji kekerasan dan kerapatan. b. Tablet harus seragam dalam berat dan kandungan obat dari tiap-tiap tablet hal ini diukur dengan tes variasi berat dan kekerasan bobot. c. Kandungan bahan obat dalam tablet harus biovolik. Sifat ini juga diukur dengan dua tetes , yaitu tes penghancuran dan pemecahan. d. Tablet harus mewah dalam penampilan dan mempunyai karakteristik bentuk dan tanda (atas nama) penggunaannya untuk identifikasi produk. e. Tablet harus memiliki semua fungsi zat termasuk stabilitas dan efek terapi. 2. Menurut FI edisi III hal 6 a. Memiliki keseragaman ukuran. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet b. Memiliki keseragaman bobot Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang telah ditetapkan. Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B. Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg – 150 mg 10% 20% 151 mg – 200 mg 7,50% 15% lebih dari 300 mg 5% 10% c. Untuk hancur tablet dipenuhi Masukkan 5 tablet dalam keranjang, naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal pada kasa kecuali fragmen penyalut. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet lebih dari 15 menit. Untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk bersalut gula dan bersalut selaput. d. Memiliki / memenuhi waktu hancur tablet bersalut enteric. adapun keuntungan dan kerugian tablet ( lachman hal 654) a. Keuntungan : 1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketetapan ukuran serta variabilitas kandungan paling rendah. 2. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling rendah maksudnya tahan terhadap gangguan dan guncangan dan mudah dibawa kemana-mana. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan yang angka pembuatannya paling rendah maksudnya angka murah karena tablet dibuat dan dicetak secara besar-besaran dan menyimpan tidak khusus. 4. Tablet merupakan sedian oral yang paling murah dan dikemas serta dikirim. 5. Pemberian tanda pengenal pada produk tablet paling mudah dan murah tiddak memerlukan langkah pakerja tambahan bila menggunakan bentuk dan cetakan yang bermonografi atau hiasan timbul 6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi. 7. Tablet bisa dijadikaan produk dengan profil pengelepasan khusus seperti pengelepasan diusus,atau produk lepas lambat. 8. Tablet meerupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. 9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran. b. Kerugian : 1. Beberapa obat tidak dapat di kempa menjadi padat dan kompak tergantung pada keadaan amorfnya,produksi atau rendahnya berat jenis. 2. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut dosisnya cukupan tinggi, absorbsinya optimum tinggi melalui saluran cerna atau kombinasi dan sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi atau dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bicovabilitas obat cukup. 3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban perlu pengkapsulan dengan penyelubungan dulu sebelum dikempa ( bila mungkian ) atau memerlukan penyaluran dulu. 2.1.3 Formulasi sediaan tablet BAHAN AKTIF BAHAN PEMBANTU (Eksipien) PENGISI Adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pada obat yang berdosis dukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan (misal aspirin, antibiotik tertentu). Tablet oral biasanya berukuran 3/16 sampai ½ inci. Tablet yang lebih kecil dari 3/16 inci sukar dipegang oleh orang lanjut usia, sedangkan yang lebih besar dari ½ inci sukar ditelan. Berat tablet berkisar antara 120-700 mg untuk kerapatan standar zat organik. Tablet bentuk oval, lebih mudah ditelan, berat tablet dapat lebih besar atau sama dengan 800 mg. Pengisi dapat juga ditambah karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. (Lachman;697). biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amilum Manihot, Calcii Phosphas, dan zat lain yang cocok. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: (Lachman; 698) 1. Harus non toksik dan dapat memenuhi peraturan-peraturan dari negara-negara dimana produk akan dipasarkan. 2. Harus tersedia dalam jumlah yang cukup di sesuai negara tempat produk itu dibuat. 3. Harganya harus cukup murah. 4. Tidak boleh saling berkontraindikasi (misalnya sukrosa), atau karena komponen (misalnya, natrium) dalam tiap segmen/bagian dari populasi. 5. Secara fisiologis harus inert/netral. 6. Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain. 7. Harus bebas dari segala jenis mikroba yang patogen atau yang ditentukan. 8. Harus color compatible (tidak boleh mengganggu warna). 9. Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk-produk vitamin tertentu), pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada makanan. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat. B. Absorben C. Glidan D. Anti adherent B. FLAVOUR (Lachman Industri, 704) pemberi rasa dan pemanis , penggunaan zat warna dan pemanis digunakan untuk menutupi warna obat yang kurang baik , (dentifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik). Dibentuknya rasa , agar dapat mengurangi rasa pahit , khusus yang sulit menelan tablet dan memberi rasa untuk tablet kunyah. 1. Digunakan untuk tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan untuk larut di dalam mulut 2. Flavour yang larut dalam air jarang dipakai karena stabilitasnya kurang baik 3. Flavour larut minyak yang ditambahkan ke dalam pelarut penggranul, didispersikan dalam kaolin atau adsorben lainnya, atau diemulsikan dalam larutan penggranul 4. Jumlah yang digunakan maksimal 0,5-0,75% Penambahan pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai fasa luar, sedangkan yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam massa cetak C. PELINCIR diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die. Bertujuan mengurangi atau adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch dan dinding die , pelican bertujuan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan mengurangi gesekan antara partikel-partikel. Syarat zat pelincir adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki aliran granul dari cairan mesin 2. Mencegah massa cetak melekat pada dinding cetakan 3. Mengurangi gesekan antara dinding bagian dalam cetakan D. PENGISI Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pada obat yang berdosis tinggi, bahan pengisi tidak perlu digunakan. Pengisi juga diberikan karena alasan kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau memacu aliranLaktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik hidrat maupun anhidrat. Laktosa anhidrat mempunyai kelebihan karena tidak bereaksi dengan pereaksi Maillard yang daat menimbulkan warna coklat dan perubahan warna dengan obat-obat tertentu. Tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila terkena udara sehingga meningkatkan kelembaban tablet. Tablet seperti itu harus dikemas secara hati-hati untuk mencegah terkena udara lembab. Karena pada praktikum kali ini digunakan metode granulasi basa, maka digunakan laktosa untuk hidrat. Kelebihan menggunakan laktosa sebagai pengisi umumnya menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering, dan waktu hancurnya tidak peka terhadap perubahan kekerasan tablet. Namun mungkin terjadi perubahan warna bila ada zat basa amina garam alkali. (Lachman hal 699) E. PENGIKAT Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikka kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. PVP merupakan suatu polimer sintetik yang dapt digunakan sebagai perekat baik sebagai larutan air atau alkohol. Bahan ini juga berkemampuan sebagai pengikat kering. (Lachman hal 701) F. DISINTEGRAN Fungsi: untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran cerna (Lachman Industri, 702). Enam klasifikasi disintegran : starches, clays, gums, cellulose, algins, dll Cara pakai/penambahan disintegran: a. internal addition (saat granulasi) : disintegran dicampur dengan bahan lainnya sebelum ditambah dengan larutan penggranul b. external addition : disintegran ditambahkan setelah granul terbentuk G. LUBRIKAN Fungsi utama dari lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet. (Lachman Tablets, 110) Setiap lubrikan memiliki konsentrasi optimum (tidak lebih dari 1%) untuk menghasilkan kecepatan aliran yang optimum. (Lachman Tablets, 112) Semakin kecil ukuran partikel granul, maka tablet membutuhkan jumlah lubrikan yang lebih banyak (%). 2.1.4 Metode pembuatan tablet Berdasarkan metode pembuatannya dapat digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa. Pembuatan tablet kempa :granulasi basah, granulasi kering, cetak langsung 1. Metode granulasi basah Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989). Keuntungan dari metode ini adalah 1. Aliran baik 2. Kompresibilitas tinggi 3. Mengontrol pelepasan 4. Untuk mendapat berat jenis yang sesuai 5. Kecepatan disolusi tinggi Adapun kekurangannya : 1. Biaya cukup tinggi 2. Banyak tahap dalam produksi yang harus divalidasi 2. Metode Granulasi Kering (slugging) memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dikempa lagi untuk menghasilkan partikel dengan ukuran lebih besar dari serbuk semula. Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Syamsuni, 2006). Keuntungan dan kekurangan dari metode ini adal sebagai berikut : Keuntungan : 1. Baik untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab 2. Mempercepat proses produksi karena tidak memerlukan pengeringan Kekurangan : 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug 2. tidak dapat mendistribusikan warna secara seragam 3. Prosesnya banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang. 3. Metode Cetak langsung Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsungcampuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecildosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkinlangsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsungdikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tabletkebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). Keuntungan metode ini : 1. Lebih ekonomis 2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk mwnggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit. 3. Dapat digunsksn untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab. 4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tiak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu. Kerugian : 1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisidapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapatmenyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawaamin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempalangsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. 2.1.5 Evaluasi Sediaan Tablet 1. Bentuk dan ukuran (FI III) a. Ketebalan adalah satu-satunya variabel berkaitan dengan proses Pencetakan b. Ketebalan dipengaruhi oleh: BJ ruah, BJmampat dan sifat aliran massa cetak Alat : jangka sorong 2. Kekerasan tablet Tujuan : menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses: pengemasan, penghantaran (shipping). Prosedur : 1) 20 tablet diambil secara acak 2) Ukur kekerasan masing-masing tablet 3) Catat skala yang terukur 4) Kekerasan tablet adalah harga rata2 ke-20 tablet 5) Variasi kekerasan dilihat dari harga SD Nilai kekerasan tablet bergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet, kekerasan yang diperlukan juga semakin besar. a. Bobot tablet sampai 300 mg, 4 – 7 kg/cm2. b. Bobot tablet 400 – 700 mg: 7 – 12 kg/cm2 3. Friabilitas Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada suatu ketinggian tertentu Tujuan penetapan = untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman tujuan Prosedur: 1) 20 tablet diambil secara acak 2) Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo) 3) Masukkan & uji (100 x) putaran 4) Bersihkan tablet dan timbang (Wt) 5) Hitung % friabilitas tablet % F = (Wo – Wt)/Wo x 100% Pada umumnya persen friabilitas yang dapat diterima adalah < 1% Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan. (USP & NF 1994) 4. Friksibilitas Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami gesekan antar sesama Prosedur: 1) 20 tablet diambil secara acak 2) Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo) 3) Masukkan uji (100 x) putaran 4) Bersihkan tablet dan timbang (Wt) 5) Hitung % friksibilitas tablet % F = (Wo – Wt)/Wo x 100% 2.1.6 Persyaratan resmi sediaan tablet 1. Uji keseragaman sediaan (FI IV, halaman 999-1000) Meliputi keragaman bobot dan keseragaman sediaan Persyaratan keragaman bobot diterapkan untuk tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih, atau merupakan 50% atau lebih dari bobot total Prosedur penetapan keragaman sediaan: 1) Pilih tidak kurang dari 30 tablet. 2) Dari 30 tablet tersebut, timbang 10 tablet satu per satu dan hitung bobot rata-rata Prosedur penetapan keseragaman sediaan: 1) Pilih tidak kurang dari 30 tablet. 2) Dari 30 tablet tersebut, tetapkan kadar 10 tablet satu per satu sesuai dengan cara yang tertera pada penetapan kadar dalam monografi, kecuali dinyatakan lain. Kriteria: Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing 10 tablet terletak antara 85.0% hingga 115.0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif (SDR) lebih kecil atau sama dengan 6,0%. SDR = (SD/rata-rata) x 100% Dilakukan uji 20 tablet tambahan jika: a. 1 tablet terletak di luar rentang 85.0% - 115.0% dan tidak ada tablet yang terletak antara 75.0% - 125.0%, b. SDR > 6.0% c. a dan b tidak dipenuhi Persyaratan dipenuhi jika: - tidak lebih dari 1 tablet dari 30 tablet ada di luar 85.0% atau 1125.0% - tidak ada 1 tabletpun yang di luar rentang 75.0% atau 125.0% - SDR tidak lebih besar dari 7.8% 2. Uji waktu hancur (FI IV, halaman 1086) Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sedia­an atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut. Alat Alat terdiri atas suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat untuk memanaskan cairan media antara 35º hingga 39º dan alat untuk menaikturunkan keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per menit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah ber-jarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah. Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang diperlukan untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti atau gerakan sumbu dari posisi vertikalnya. Rangkaian keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan yang kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 7,75 cm ± 0,25 cm, diameter dalam lebih kurang 21,5 mm dan tebal dinding lebih kurang 2 mm, tabung-tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik, masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal 6 mm, dengan enam buah lubang, masing-masing berdiameter lebih kurang 24 mm dan berjarak sama dari pusat lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23 (0,025 inci). Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat yang menaikturunkan rangkaian keranjang me­lalui satu titik pada sumbunya, digunakan vntuk menggantungkan rangkaian keranjang. Rancangan rangkaian keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran kasa dipertahankan. Cakram Tiap tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan perforasi, tebal 9,5 mm ± 0,15 mm dan diameter 20,7 mm ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik transparan yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat lima lubang berukuran 2 mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang melalui sumbu silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius jarak 6 mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan sedemikian hingga bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi dan pada bagian atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh permukaan cakram licin. 3. Uji disolusi <1231> Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji Pelepasan Obat <961>, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Dari jenis alat yang diuraikan disini, pergunakan salah satu sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi. Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37º ± 0,5 ºC selama pengujian berlangsung dan.menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%. Komponen batang logam dan keranjang yang me-rupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai dengan spesifi-kasi pada Gambar 1. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 µm). Sediaan dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2 mm selama pengujian berlangsung. Alat 2. Sama seperti Alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dan 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar 2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan. Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis disintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi sesuai dengan kondisi percobaan yang tertera. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari kalibrator yang bersangkutan. Media disolusi Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila Media disolusi adalah suatu larutan dapar, atur pH larutan sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografl. [Catatan Gas terlarut dapat membentuk gelcmbung yang dapat merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.] Waktu Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan toleransi ± 2%. 2.1.7 Tujuan evaluasi tablet Evaluasi tablet dilakukan untuk mengtetahui sifat kimia,fisika dan biologi sifat-sifat ini dapat menggambarkan kualitas total dari tabletkanan atau atau formulasi tablet serta kondisi penyimpanan kemungkinan tektanan atau keadan lingkungan luar. 2.2 Latar belakang Paracetamol 2.2.1 Farmakodinamik Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanime yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini. ( Farmakologi dan terapi edisi 5 hal 238 ) 2.2.2 Farmakologi sebagai analgetik dan antipiretik (FI edisi III dan OOP edisi 6 hal 318) 2.2.3 Farmakokinetik Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. ( Farmakologi dan terapi edisi 5 hal 238 ) 2.2.4 Dosis Dewasa : 300 mg – 1 g per kali, dengan maksimum 4 g per hari Anak 6-12 tahun : 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari Anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kali dan bayi di bawah 1 tahun 60 mg/kali . Pada ­­keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari (Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 239) Konversi dosis terhadap sediaan: Dewasa; 1-2 tablet setiap 4-6 jam maksimal 4 gram per hari Anak dibawah 2 tahun ¼ tablet setiap 4 -6 jam per hari Anak 3-12 tahun ½ - 1 tablet setiap 4-6 jam per hari 2.2.5 Efek samping Reaksi alergi (Farmakoterapi edisi 3 hal 190) dalam dosis terapi jarang terjadi, kecuali ruam kulit, kelainan darah, penkreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang. III. RESEP 1. Formulasi 1 BAHAN KADAR Paracetamol 250 mg FASE DALAM Pasta Amylum (PA) 5 % Lactosa (anhidrat) q.s Amylum 10 % Amylum 5 % FASE LUAR Talk 2 % Mg. Stearat 1 % 2. Formulasi II BAHAN KADAR Paracetamol 250 mg FASE DALAM Pasta Amylum 10% Lactosa (anhidrat) q.s Amylum 10 % Amylum 5 % FASE LUAR Talk 2 % Mg. Stearat 1 % 3. Formulasi III BAHAN KADAR Paracetamol 250 mg FASE DALAM PVP 2 % Lactosa q.s Amylum 10 % Amylum 5 % FASE LUAR Talk 2 % Mg. Stearat 1 % 4. Formulasi IV BAHAN KADAR Paracetamol 250 mg FASE DALAM PVP 5 % Lactosa q.s Amylum 10 % Amylum 5 % FASE LUAR Talk 2 % Mg. Stearat 1% IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF 1. Paracetamol Struktur Kimia Description: C:\Users\LENOVO NB\Documents\Bluetooth Folder\StrukturParacetamol-FKcorpbyMedicatheraphy.png Rumus Molekul C8H9No Nama Paracetamol Nama lain Acethamenopenum Nama kimia 4-hidroksiasetanilida Berat molekul 151,16 Pemerian Hablur, berwarna putih, tidak berbau Suhu lebur 1690C-1720C pH 3,8 – 6,1 Kelarutan Larut dalam : air 1 : 70 Etanol 1 : 13 Aseton 1 : 40 Gliserol 1 : 9 Stabilitas Relatiff stabil terhadap oksidatif, tidak stabil terhadap cahaya. ( codex12 hal 988-989) Stabil pada suhu 450C, bersifat hidrolisis Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya Daftar pustaka FI edisi IV hal 649 49, Codex12 V. PREFORMULASI EKSIPIEN 1. PVP Struktur molekul Rumus molekul (C6H9NO)n Nama kimia 1-ethenyl-2-pyrolidinone homopolymer Berat molekul PVP K-30 = 50.000 Pemerian Serbuk higroskopik Warna putih sampe putih kecoklatan Tidak berbau Suhu Lebur 1500C Kelarutan Mudah larut dalam asam, kloroform,etanol 95%,keton,metanol dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbom dan minyak mineral. Konsentrasi 0,5 % - 5 % Stabilitas Warna povidon berubah menjadi gelap pada pemanasan suhu 1050C dan terjadi penurunan kelarutan dalam air. Stabil pemanasan 1100C - 1300C. pH 3 – 7 Penyimpanan Disimpan didalam wadah kedap udara, tempat sejuk dan kering Kegunaan Pengikat Pustaka Hope edisi 6 hal 581 2. Copopidone Struktur molekul Rumus molekul Nama kimia Copopidone Berat molekul Pemerian Serbuk amorf Warna putih sampai putih kekuningan Agak berbau Agak berasa Kelarutan Larut dalam gliserol, etanol, kloroform dikloropentana Sangat mudah larut dalam siklo hesen, pentana, liquidum parafin Stabilitas Stabil Higroskopik 50 % relatif lembab Kecepatan alirnya bagus Tidak larut dalam 1400C Inkompatibilitas Povidone kompatibel dalam larutan dengan berbagai garam anorganik, resin alam dan sintetis membentuk adekuat molekul dalam larutan sulfatiazole, tannin akan membentuk kompleks dengan timerosal. Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah tertutup , dalam ruang kering dan sejuk. Kegunaan Film coating agent : 0,5 – 5,0 % Tablet binder : 2 – 5 % Pustaka (Handbook of Pharmaceutical Excipients, edisi 6, 2009, hal 581) 3. Mg. stearat Struktur molekul Description: C:\Users\LENOVO NB\Documents\Bluetooth Folder\getStructureImage.gif Rumus molekul [CH2(CH2)16COO]2 Nama kimia Octode canoic magnesium sulfat Nama lain Mg. Stearat Berat molekul 591,24 Pemerian Serbuk hablur Bau lemah khas Warna putih terang Licin, mudah melekat kulit ( FI edisi 3 hal 354 ) . Suhu Lebur 1170C – 1500C Konsentrasi 0,25 % - 5,0 % Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air. Mudal larut dalam benzene hangat dan etanol hangat. Stabilitas Stabil Inkompatibilitas Asam kuat Basa garam besi tidak bisa dicampur dengan bahan-bahan yang bisa mengoksidasi kuat. Penyimpanan Disimpan dalam wdah tertutup rapat, dingin dan kering Kegunaan Lubrikan Pustaka Hope edisi 6 hal 4040-405 Farmakope edisi III 4. Talk Struktur molekul Rumus molekul M96(SI2O5)4(OH)4 Nama kimia Talcum Pemerian Serbuk hablur sangat halus Warna putih atau putih kelabu Berkilat Mudah melekat pada kulit Bebas dari butiran (FI ed IV hal 771) Suhu Lebur 1600C Konsentrasi 1 – 10 % Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan alkali, pelarut organik. pH 6,5 – 10 untuk dispersi 20 % b/v Stabilitas Stabil tahan panas dengan suhu 1600C tidak lebih 1 jam. Bisa di sterilkan dengan etilen oksida penyinaran gamma. Inkompatibilitas Senyawa ammonium kuatener Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik Kegunaan Glidan Pustaka FI edisi IV hal 771 Hope edisi 6 hal 728 5. Amylum Struktur molekul Rumus molekul C6H10O5 Nama kimia Starch Pemerian Serbuk halus Warna putih Tidak berbau Tidak berasa Suhu Lebur 1500C Kelarutan Larut dalam air panas Sedikit larut dalam pelarut air dingin Praktis tidk laut dalam pelarut organik pH 4,5 – 7 Stabilitas Stabil jika kering Inkompatibilitas Dengan oksidator kuat Penyimpanan Disimpan dalam wadah yang tertutup baik dan kering Kegunaan Disintegrator Pustaka Hope edisi 5 hal 721 Handbook of Pharmaceutical Excipients, edisi 6, 2009, hal 685-690) 6. Lactosa anhidrat Struktur molekul Description: E:\lactosa.jpg Rumus molekul C12H12O11 Nama kimia Sacharum lactis Nama lain Lactosa Berat molekul 342, 30 gr/mol Pemerian Serbuk / partikel hablur Warna putih Tidak berbau Rasa manis Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 95% Dalam air 1 : 4,63 pada suhu 150C 1 : 3,14 pada suhu 500C 1 : 1,68 pada suhu 600C 1 : 1,07 pada suhu 800C Konsentrasi 65 % - 85 % b/b Suhu Lebur 202,80C Suhu didih 668,90C Stabilitas Pada kondisi lembab (RH > 80 % ) dapat terjadi pertumbuhan kapang selama disimpan lactosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan, reaksi ini dipercepat oleh panas Inkompatibilitas Dapat berubah menjadi kecoklatan jika bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus amin primer Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering Kegunaan Pengisi tablet Pustaka Hope edisi 5 hal 252- 261 Farmakope indonesia ed III hal 338-339 VI. RASIONALISASI FORMULA Permasalahan Penyelesaian Alasan Bobot Paracetamol yang dibuat kurang mencapai kesesuaian bobot tablet Ditambahkan bahan pengisi Laktosa Zat pengisi (diluent) dimasukan untuk memperbesar volume tablet. Adanya kemungkinan rendahnya kekuatan tablet Ditambahkan bahan pengikat PVP Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat merekat. Proses penghancuran tablet yang sulit setelah dikonsumsi Ditambahkan bahan disintegran Amilum Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut Perlu mempercepat waktu disintegrasi granul Ditambahkan Amilum sebagai disintegrasi fase dalam Dimaksudkan agar granul cepat hancur Kemungkinan adanya daya alir serbuk yang buruk Ditambahkan bahan glidan Talk Dimaksudkan agar dapat mempercepat aliran serbuk Adanya gesekan saat pengempaan Ditambahkan bahan lubrikan Mg Stearat Untuk meminimalisir gesekan dengan die dan mencegah tablet lekat pada cetakan VII. PERHITUNGAN Kadar paracetamol = 250 mg Bobot tablet = 700 mg/tab Formula Perhitungan 1 Tablet Perhitungan 250 Tablet Parasetamol PVP Laktosa Amilum 500 2% x 700= 14 mg 92% x 700 = 644 mg 644-(500-70-14)= 60 mg 10%x 700= 70 mg 250x500=125 gram 250x14mg=3,5 gram 250x60mg= 15 gram 250x70mg=17,5gram Amilum Talk Mg Stearat 5% x 700 mg = 35 mg 2% x 700 mg = 14 mg 1% x 700 mg = 7 mg 5%x87,5=4,375 gram 2% x87,5=1,75 gram 1%x87,5= 0,875 gram Perhitungan pada 2 Batch, kondisi sebenarnya Formula Untuk 250 Tablet Batch 1 Batch 2 Fase Dalam Paracetamol 125 g 125,013 g 125,019 g PVP 2% 3,5 g 3,504 g 3,521 g Lactosa Anhydrate 15 g 15,026 g 15,023 g Amylum 17,5 g 17,506 g 17,508 Total FD 161 g Fase Luar Amylum 8,75 g 8,751 8,753 Talk 3,50 g 3,504 3,509 Mg. Stearat 1,75 g 1,752 1,756 Bobot granul teoritis (sebelum evaluasi): Batch 1 Batch 2 156,703 gram 161,305 gram Massa granul yang diperoleh (setelah evaluasi): Batch 1 Batch 2 126,690 gram 131,228 gram Kadar lembab pada granul : · Batch 1 = 1,38% · Batch 2 = 0,758% Sehingga bobot fase dalam menjadi, · Batch 1 = 126,690 gram x 1,38% = 124,942 gram · Batch 2 = 131,228 gram x 0,758% = 130,233 gram Fasa luar yang ditambahkan: Fase luar Batch 1 Batch 2 Mg-stearat 1/92 x 124,942 g = 1,3581g 1/92 x 130,233 g = 1,42 g Talk 2/92 x 124,942 g = 2,7161 g 2/92 x 130,233 g = 2,83 g Amilum 5/92 x 124,942 g = 6,7903 g 5/92 x 130,233 g = 7,08 g Jumlah tablet yang dapat dibuat: Batch 1 Batch 2 Bobot tablet: Batch 1 Batch 2 VIII. PROSEDUR PEMBUATAN A. Preparasi dan penimbangan 1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Timbang bahan sesuai perhitungan a. Ditimbang PCT 125gram b. Ditimbang lactosa 15 gram c. Ditimbang amylum 17,5 gram d. Ditimbang PVP 3,5 gram e. Pembuatan fase dalam : B. Milling (dispensasi) C. Pembuatan larutan pengikat (PVP) 1. Masukkan serbuk PVP 2% / (5 %)ke dalam gelas ukur 50 ml 2. Larutkan dengan 1:2 kali aquadest 3. Aduk hingga larut dan mengembang D. Mixing ( 1:1) 1. Masukkan laktosa ke dalam mixer sebanyak 15 gram,mixing selama 5 menit 2. Masukkan Amylum 15 gram ke dalam mixer, mixing selama 3 menit dan masukkan sisa amylum mxing selama 2 menit. Total bahan 32,5 gram. 3. Tambahkan paracetamol 30 gram ke dalam mixer, mixing selama 3 menit dan masukkan sisa pct 20 gr mixing selama 2 menit. Total bahan 82,5 gr. 4. Tambahkan sisa paracetamol 75 gram, mixing selama 5 menit 5. Masukkan larutan PVP sedikit demi sedikit, hingga terbentuk massa basah yang sesuai untuk granul. Perbandingan pvp : air batch 1 (1 : 4) dan batch 2 (1 :3) E. Granulasi, Sieving, Drying 1. Campuran serbuk yang sudah membentuk massa granul dimasukkan ke dalam alat granulator 2. Lakukan sieving 3. Keringkan granul menggunakan oven. F. Mixing (Fase dalam+Fase luar) 1. Ayak kembali granul menggunakan ayakan mesh 14, masukkan ke dalam mixer 2. Masukkan amylum 5% dan talk 2% ke dalam mixer 3. Ayak selama 10 menit 4. Tambahkan Mg stearat 1%, aduk hingga homogen 5. Lakukan evaluasi mixing (dispensasi) G. Kompresi 1. Siapkan alat kompresi yang akan digunakan (setting ) 2. Masukkan granul ke dalam alat kompresi (single punch) H. Evaluasi tablet 1. Organoleptik 2. Keseragaman ukuran 3. Keseragaman bobot 4. Friabilitas 5. Friksibilitas 6. Kekerasan 7. Desintegrasi & disolusi IX. EVALUASI GRANUL DAN TABLET 9.1 Evaluasi Granul a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K) Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index. Penafsiran hasil : Jika % K: 5 – 10 % artinya aliran sangat baik 11 – 20 % artinya aliran cukup baik 21 - 25 % artinya aliran cukup >26 % artinya aliran buruk BJ nyata = bobot granul / volume granul BJ Nyata Batch 1 Percobaan ke- Bobot granul Volume granul Rumus BJ nyata 1 40,002 g 94 mL 0,4225 2 40,001 g 94 mL 0,4225 3 40,002 g 93 mL 0,4301 Rata-rata 0,4250 Batch 2 Percobaan ke- Bobot granul Volume granul Rumus BJ nyata 1 40,003 94 mL 0,4256 2 40,006 95 mL 0,4211 3 40,000 96 mL 0,4167 Rata-rata 0,4211 BJ Mampat Batch 1 Jumlah ketukan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Bobot Granul Volume mampat (ml) Bobot Granul Volume mampat (ml) Bobot Granul Volume mampat (ml) 50 40,002 g 86 40,001 84 40,002 86 100 83 82 83 200 82 81 82 500 80 80 80 Percobaan ke- Rumus BJ Mampat 1 0,500025 2 0,5000125 3 0,500025 Rata-rata 0,5000208 Batch 2 Jumlah ketukan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Bobot Granul Volume mampat (ml) Bobot Granul Volume mampat (ml) Bobot Granul Volume mampat (ml) 50 40,003 g 84 40,006 85 40,000 83 100 82 84 83 200 80 82 81 500 80 80 80 Percobaan ke- Rumus BJ Mampat 1 0,5000375 2 0,500075 3 0,5 Rata-rata 0,5000375 Kompresibilitas Batch 1 Percobaan ke- BJ nyata BJ mampat Rumus % Kompresibilitas 1 0,4255 0,500025 15,004 % 2 0,4225 0,5000125 14,902 % 3 0,4301 0,500025 13,984 % Rata-rata 14,63 % Batch 2 Percobaan ke- BJ nyata BJ mampat Rumus % Kompresibilitas 1 0,4256 0,5000375 14,886 % 2 0,4211 0,500075 15,793 % 3 0,4167 0,500000 16,66 % Rata-rata 15,781 % Formula BJ nyata (g/ml) BJ mampat (g/ml) Kompresibilitas Batch 1 Batch 2 Batch 1 Batch 2 Batch 1 Batch 2 1 0,5804 0,53 0,6400 0,583 11,28 % 8,54% 2 0,449 0,492 0,502 0,543 10,43% 9,44% 3 0,4250 0,4211 0,50002 0,50003 14,63% 15,781% 4 0,455 0,455 0,55 0,528 15,12% 13,72% b. Kecepatan aliran Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu. Alat : Flow Tester Manual Penafsiran Hasi : Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan >4 g granul adalah 1 detik. Batch 1 Percobaan Berat Granul Berat wadah (g) Berat wadah + granul (g) Waktu (detik) Kec. aliran (gram/detik) 1 30,005 102,946 132,934 2 14,994 2 30,002 128,981 156,982 2 15,0005 3 30,002 105,576 135,577 2 15,0005 Rata-rata 14,99 Batch 2 Percobaan Berat Granul Berat wadah (g) Berat wadah + granul (g) Waktu (detik) Kec. aliran (gram/detik) 1 30,008 102,946 132,955 2,5 12,004 2 30,008 128,981 158,978 2 14,998 3 30,006 105,576 135,669 2 15,0465 Rata-rata 14,04 Formula Kecepatan aliran Batch 1 Batch 2 1 5,72 g/det 8,90 g/det 2 10,61 g/det 10,61 g/det 3 14,99 g/det 14,02 g/det 4 13,13 g/det 13,08 g/det c. Kandungan lembab Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya. Prinsip : Alat menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70°C). Alat : Moisture balance Balance Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 2-4 % Hasil : Batch 1 Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Berat wadah + granul Berat wadah + granul Berat wadah + granul 12,5259 g 12,4700 g 12,4643 g 12,4024 g 12,3370 g 12,3339 g 12,3462 g 12,2946 g 12,2964 g 12,3405 g 12,2915 g 12,3137 g 12,3536 g 12,2934 g 12,3057 g Rata-rata 12,3467 g 12,2932 g 12,3053 g Rata-rata 1,38 % Batch 2 Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Berat wadah + granul Berat wadah + granul Berat wadah + granul 12,471 g 12,4733 g 12,8596 g 12,3592 g 12,3648 g 12,7580 g 12,3277 g 12,3465 g 12,7247 g 12,3415 g 12,3511 g 12,7406 g 12,335 g 12,3146 g 12,7450 g Rata-rata 12,3347 g 12,3374 g 12,7368 g Rata-rata 0,758% Perbandingan kandungan lembab dengan kelompok lain: Formula Kandungan lembab granul Batch 1 Batch 2 1 0,17% 1,75% 2 0,55% 0,55% 3 1,38% 0,758% 4 0,79% 1,79% 9.2 Evaluasi Tablet A. Organoleptis Tujuan : Penerimaan oleh konsumen Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa Penafsiran hasil : Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi Hasil : Formula 3 Batch I Bau : Tidak BerbauVisual : Permukaan tablet baik (glosy), namun terdapat bintik hitamDari 20 tablet yang di uji terdapat beberapa tablet yang tidak memenuhi syarat. Batch II Bau : Tidak BerbauVisual : Permukaan tablet baik (glosy), namun terdapat bintik hitamDari 20 tablet yang di uji terdapat beberapa tablet yang tidak memenuhi syarat. Perbedaan dengan kelompok lain sebagai berikut : formula 1 formula 2 formula 4 Batch 1 Dari 20 tablet yang diuji, terdapat 8 tablet yang tidak memenuhi syarat karena ditemukan pengotor berupa bintik hitam pada permukaan tablet- tablet tersebut. Bau : tidak berbau Visual : permukaan tablet tidak halus Dari 20 tablet yang di uji terdapat 26 tablet yang tidak memenuhi syarat Bau : tidak berbau Visual : permukaan tablet tidak sesuai spesifikasi, ada beberapa tablet yang tidak memenuhi syarat Batch 2 Dari 20 tablet yang diuji, terdapat 3 tablet yang tidak memenuhi syarat karena terdapat bahan pengotor berupa bintik hitam pada permukaan tablet- tablet tersebut Bau : tidak berbau Visual : permukaan tablet tidak halus Dari 20 tablet yang di uji terdapat 26 tablet yang tidak memenuhi syarat Bau : tidak berbau Visual : permukaan tablet tidak sesuai spesifikasi, ada beberapa tablet yang tidak memenuhi syarat B. Keseragaman ukuran Tujuan : Menjamin penampilan tablet yang baik Prinsip : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet. Alat : Penafsiran hasil : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong. Batch 1 No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) 1. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,34 2. 1,20 0,35 1,20 0,35 1,20 0,40 1,20 0,36 3. 1,20 0,30 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,36 4. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,38 5. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,36 6. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,57 7. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,55 8. 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,54 9. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,67 10. 1,20 0,35 1,20 0,35 1,20 0,40 1,20 0,56 11. 1,20 0,35 1,20 0,35 1,20 0,40 1,20 0,57 12. 1,20 0,35 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,67 13. 1,20 0,30 1,20 0,35 1,20 0,40 1,20 0,68 14. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,56 15. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,67 16. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,56 17. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,57 18. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,30 1,20 0,57 19. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,57 20. 1,20 0,35 1,20 0,30 1,20 0,40 1,20 0,52 Rata 1,20 0,34 1,20 0,31 1,20 0,36 1,20 0,53 Syarat Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet Memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet Batch 2 No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) 1. 1,20 0,60 1,20 0,40 1,20 0,26 1,20 0,24 2. 1,20 0,60 1,20 0,45 1,20 0,24 1,20 0,26 3. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,24 4. 1,20 0,60 1,20 0,40 1,20 0,26 1,20 0,25 5. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,23 6. 1,20 0,58 1,20 0,35 1,20 0,25 1,20 0,23 7. 1,20 0,59 1,20 0,40 1,20 0,26 1,20 0,24 8. 1,20 0,60 1,20 0,45 1,20 0,25 1,20 0,24 9. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,23 10. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,24 11. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,26 12. 1,20 0,61 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,24 13. 1,20 0,60 1,20 0,40 1,20 0,25 1,20 0,24 14. 1,20 0,60 1,20 0,40 1,20 0,26 1,20 0,24 15. 1,20 0,59 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,24 16. 1,20 0,61 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,25 17. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,25 18. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,27 1,20 0,26 19. 1,20 0,60 1,20 0,40 1,20 0,26 1,20 0,24 20. 1,20 0,60 1,20 0,35 1,20 0,26 1,20 0,24 Rata 1,20 0,60 1,20 0,37 1,20 0,26 1,20 0,24 Syarat Memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet Tidak memenuhi syarat karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet C. Friabilitas Tujuan : Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Prinsip : Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukoran persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. Alat : Friabilator Penafsiran hasil : - Kehilangan bobot tidak boleh > 1% - Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam penimbangan tablet akhir. - Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka pengujian diulang 2-3 kali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet yang diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang. Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2 Bobot tablet awal (Wo) 12,926 g 12,422 g 13,812 g 12,217 g 12,412 g 13,436 g 12,881 g 11,7869 g Bobot tablet akhir(W1) 11,482 g 6,574 g 11,942 g 11,975 g 11, 089 g 8,576 g 11,550 g 10,527 g Friabilitas = 11,17% 47,08% 13,54% 1,98% 10,65% 36,10% 10,33% 10,68% Kesimpulan dari semua kelompok adalah sebagai berikut : Formulasi Friabilitas 1 Batch 1 dan Batch 2 Tidak memenuhi syarat 2 Batch 1 dan Batch 2 Tidak memenuhi syarat 3 Batch 1 dan Batch 2 Tidak memenuhi syarat 4 Batch 1 dan Batch 2 Tidak memenuhi syarat D. Keseragaman bobot Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif. Prinsip : (untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5%, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%. Untuk formula : No. Bobot tablet (g) %Penyimpangan Batch 1 Batch 2 Batch 1 Batch 2 1. 0,644 0,621 3,73 0,08 2. 0,658 0,560 1,64 0,17 3. 0,663 0,632 0,89 0,048 4. 0,646 0,633 3,43 0,069 5. 0,675 0,641 1,64 0,057 6. 0,679 0,589 1,49 0,133 7. 0,666 0,601 0,44 0,226 8. 0,676 0,630 1,04 0,070 9. 0,673 0,627 0,59 0,077 10. 0,655 0,625 2,09 0,080 11. 0,674 0,620 0,74 0,088 12. 0,684 0,591 2,24 0,130 13. 0,675 0,614 0,80 0,097 14. 0,690 0,595 3,13 0,125 15. 0,678 0,633 1,34 0,069 16. 0,671 0,622 0,29 0,085 17. 0,657 0,634 1,79 0,067 18. 0,679 0,625 1,49 0,080 19. 0,662 0,634 1,04 0,067 20. 0,679 0,623 0,74 0,083 Rata-rata 0,669 0,680 Rentang 0,644-0,679 0,56-0,634 Formula 1 2 3 4 Batch1 Batch2 Batch1 Batch2 Batch1 Batch2 Batch1 Batch2 Rata-rata (gram) 0,640 0,637 0,683 0,611 0,669 0,680 0,641 0,591 Penyimpangan 5 % 1 tablet 6 tablet 2 tablet - - - - 1 tablet Penyimpangan 10 % - 2 tablet - - - - - - E. Kekerasan tablet Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Alat : Hardness tester Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2 (40-70 N) Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. kel 1 Kel 2 kel 3 kel 4 B 1 B2 B1 B 2 B1 B2 B1 B2 1 84 62 41 27 98 101 144 89 2 107 53 74 20 94 111 141 88 3 102 Na 77 37 95 74 148 95 4 92 58 72 30 99 105 147 89 5 104 55 55 14 94 66 183 94 6 96 52 70 27 88 93 99 91 7 84 56 27 43 108 96 182 84 8 88 58 53 33 89 112 155 88 9 60 55 79 23 112 92 153 96 10 113 40 96 37 111 87 136 96 11 74 52 40 25 107 59 146 101 12 75 Na 62 25 92 87 132 95 13 76 64 50 30 92 101 130 99 14 100 54 55 27 96 86 154 74 15 108 41 38 27 99 108 145 100 16 68 55 50 44 91 112 152 89 17 101 62 39 29 104 93 162 101 18 90 Na 72 46 97 103 155 95 19 92 68 71 30 110 86 163 92 20 79 52 64 27 79 91 90 88 rata-rata 89.65 55.11765 59.25 30.05 97.75 93.15 145.85 92.2 standar deviasi 2.172193 1.856032 1.765905 1.257608 2.268201 2.214189 2.770616 2.202869 F. Waktu hancur Tujuan :Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained release). Prinsip :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Penafsiran hasil : Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut. kel 1 kel 2 kel 3 kel 4 B1 B2 B1 B2 B1 B2 B1 B2 1 1:31 detik 60 detik 1:15detik 1 menit 33 detik 56 detik 1 menit 18 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik 2 1:31 detik 60 detik 59 detik 1 menit 45 detik 58 detik 1 menit 38 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik 3 1:31 detik 60 detik 1:15detik 1 menit 45 detik 58 detik 1 menit 25 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik 4 1:31 detik 60 detik 39 detik 1 menit 58 detik 1 menit 2 detik 1 menit 20 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik 5 1:31 detik 60 detik 39 detik 1 menit 58 detik 1 menit 2 detik 1 menit 19 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik 6 1:31 detik 60 detik 39 detik 2 menit 6 detik 1 menit 2 detik 1 menit 27 detik 2 menit 50 detik 8 menit 50 detik Memenuhi syarat I. Pembahasan Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (Anonim, 1979). Pada percobaan ini, dibuat tablet dengan Paracetamol sebagai zat aktif. paracetamol juga dikenal sebagai acetaminophenum, paracetamol adalah obat yang digunakan sebagai analgetik dan antipiretik. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah. Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. karena paracetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara granulasi kering. Pertama kali dilakukan terlebih dahulu dengan penambahan laktosa sebagai zat tambahan fase dalam. Fungsinya sebagai zat pengisi untuk menambah massa tablet atau memperbesar volume massa agar mudah dicetak . Yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lactosa anidrat karena bila digunakan lactosa hidrat akan inkompatibel dengan parasetamol yang mempunyai gugus amin. penambahan bahan pengikat PVP sebagai bahan pengikat yang membuat ikatan molekul obat dan eksipien cukup kuat. PVP yang digunakan yaitu PVP K.30 sebanyak 2%. PVP yang digunakan yaitu PVP K.30 karena yang tersedia di laboratorium hanya K.30. kami lebih memilih PVP dari pada copovidone karena PVP lebih stabil. cara membuat larutan pengikat PVP dimasukkan kedalam beaker glass, dan ditambahkan air sebanyak (1:2) dengan aquadest. Kemudian aduk hingga PVP terlarut dalam aquadest. Kemudian campur sampai menjadi massa granul yang baik kemudian diayak. sedangkan penambahan Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak kemudian dikeringkan dengan oven 450C. untuk mencegah terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul, namun dengan keterbatasan alat pada praktikum ini mengeringkan granulasi dengan cara mengeringkan granul dalam suhu kamar yang disimpan dalam lemari tertutup selama 24 jam . Setelah kering jika granul tidak memperoleh dengan ukuran yang sama maka harus diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang sama rata. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap granul yang sudah terbentuk. Evaluasi granul meliputi: BJ nyata, BJ Mampat dan % Kompresibilitas (%k) ; pengukuran BJ nyata dan BJ mampat dilakukan dengan cara granul dimampatkan didalam gelas ukur dengan diketuk sebanyak 500x. Kemudian dihitung dengan membandingkan bobot granul dan volume granul sebelum dan sesudah dimampatkan. Didapat hasil sebagai berikut : pada formula 1 BJ nyata : 0,5804 BJ mampat : 0,6400 dan kompresibilitas 11,28%, pada formula 2 BJ nyata : 0,449 BJ mampat : 0,502 dan kompresibilitas 10,43% pada formula 3 BJ nyata : 0,4250 BJ mampat : 0,5 dan kompresibilitas 14,63 sedangkan pada formula 4 terdapat BJ nyata : 0,455 BJ mampat 0,55 dan kompresibilitas 15,12 % Yang kedua kecepatan aliran yang bertujuan untuk menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan, dengan Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu. Dengan menggunakan alat flow tester manual, Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan >4 g granul adalah 1 detik. hasil praktikum ini dengan data sebagai berikut : pada formula 1 Batch 1 kecepatan alirannya 5,72 g/det, Batch 2 adalah 8,90 g/det. Pada formula 2 batch 1 kecepatan alirannya 10,61 g/det dan batch 2 adalah 10,61 g/det. Pada formulasi 3 batch 1 kecepatan alirannya 14,99 g/det dan batch 2 adalah 14,02 g/det. Sedangkan pada formula terakhir batch 1 terdapat kecepatan aliran 13,13 g/det dan pada batch 2 adalah 13,08 g/det. Jadi kesimpulan dari semua formula memenuhi syarat jika mengunakan alat yang ada di laboraturium. Yang ke tiga kandungan lembab yang bertujuan untuk mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya. Dengan Alat menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70°C). Menggunakan alat moisture balance. Memenuhi syarat jika kadar air 2-4% pada praktikum ini mendapatkan hasil sebagai berikut : formula 1 Batch 1 memiliki kandungan lembab granul sebanyak 0,17% pada batch 2 1,75%. Pada formula 2 batch 1 memiliki kandungan lembab granul 0,55% pada batch 2 0,55%. Pada formula 3 batch 1 memiliki kandungan lembab granul sebanyak 1,38% pada batch 2 0,758%. Dan pada formula terakhir batch 1 memiliki kandungan lembab granul sebanyak 0,79% pada batch 2 1,79%. Kesimpulan pada hasil kandungan lembab semua formula dari formula 1 sampai formula 4 tidak memenuhi syarat karena kurang dari 2%. Tablet diharuskan memiliki kecepatan aliran yang baik maka ditambahkan talk kedalam formulasi. Kadar talk yang digunakan yaitu 2%. Talkum adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi sebagai glidan yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu glidan dapat memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai fase dalam. Amilum digunakan sebagai desintegrasi fase dalam dan fase luar dengan maksud agar granul cepat hancur pada saat di lambung. Amilum yang digunakan pada fase dalam yaitu 10% dan untuk fase luar yaitu 5%. Dalam alat cetak tablet memungkinkan adanya gesekan dengan die yang dapat menyebabkan keretakan maka ditambahkan lubrikan yaitu Mg. stearat untuk meminimalisir gesekan dengan die dan mecegah tablet lekat pada cetakan selama proses pengempaan. Mg. stearat yang digunakan yaitu 1%. Kemudian campur sampai homogen, dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak menggunakan alat tabletasi single punch. Untuk mengetahui kontrol kualitas dari hasil percobaan pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan pengujian sifat tablet yang meliputi uji sifat fisik tablet dan uji disolusi tablet, berikut hasil yang kami dapatkan adalah : Yang pertama adalah uji sifat fisik tablet berupa organoleptis, hasil dari praktikum adalah sebagai berikut. Pada formula 3 Batch 1 dan Batch 2 adalah Tidak Berbau, Permukaan tablet baik (glosy), Dari 20 tablet yang di uji terdapat beberapa tablet yang terdapat bintik hitam. Pada formula 1 Dari 20 tablet yang diuji, terdapat 8 tablet yang tidak memenuhi syarat karena ditemukan pengotor berupa bintik hitam pada permukaan tablet- tablet tersebut. Pada formula 2 hasilnya tidak berbau, permukaan tablet tidak halus, Dari 20 tablet yang di uji terdapat 26 tablet yang tidak memenuhi syarat . pada formulasi 4 hasilnya tidak berbau, permukaan tablet tidak sesuai spesifikasi, ada beberapa tablet yang tidak memenuhi syarat kesimpulan dari hasil evaluasi organoleptis sebagian besar tidak memenuhi syarat karena terdapat bintik hitam pada tablet yang disebabkan dengan beberapa faktor : 1. Dalam tablet mengandung lactosa, karena lactosa dapat berubah warna karena adanya basa amin dan mg stearat. 2. ada kemungkinan pada alat pencetak tabletnya kotor. Dan dari semua formula ada beberapa tablet terbentuknya capping yakni berupa keadaan bawah atau atas tablet yang terbelah, kemudian binding (perlekatan pada matriks), sticking (perlekatan pada stempel). Yang kedua adalah uji terhadap keseragaman ukuran untuk menjamin penampilan tablet yang baik. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. pengujian nya dengan cara Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong. Hasil yang kami dapatkan pada batch 1 adalah dengan rata-rata d(cm) 1,20 dan t (cm) 0,36. Sedangkan hasil dari kelompok lain pada formula 1 t (cm) 0,34, formula 2 t(cm) 0,31, dan formula 4 t (cm) 0,53. Dan kesimpulannya Tidak memenuhi syarat karena diameter dari semua tablet lebih dari 3 kali tebal tablet. Yang ketiga adalah uji friabilitas atau kerapuhan tablet dengan menggunakan alat friabilator yakni 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator, ditimbang seksama dan kemudian dimasukan ke dalam alatnya yaitu friabilator. Uji ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian akan interaksi bahan pengikat dengan komponen partikel-partikel lainnya di mana semakin banyaknya interaksi yang terjadi maka kemungkinan tablet rapuh akan semakin kecil. Uji ini dilakukan selama 10 menit. Setelah dilakukan pengujian didapatkan nilai kerapuhan dari batch 1 tablet uji sebesar 10,65% dimana tablet dianggap kurang baik karena kerapuhannya lebih dari 1 %. Adapun hasil dari formula lain batch 1 adalah sebagai berikut : formula 1 adalah sebesar 11,17% , formula 2 adalah sebesar 13,54% dan formula 4 adalas sebesar 10,33%. Kesimpulan dari hasil evaluasi uji friabilitas batch 1 pada formula 1 samapai formula 4 itu tidak memenuhi syarat karena kehilangan bobotnya lebih dari 1%. Yang ke empat adalah keseragaman bobot untuk menjamin keseragaman kandungan zat aktif. di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki Batch 1 sebesar 0,669 gram dan Batch 2 sebesar 0,680 gram. Uji ini dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rata-ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji termasuk baik karena nilai CV tidak lebih dari 5%. sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa dalam menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya. adapun perbandingan hasil dari kelompok lain adalah sebagai berikut : formula 1 ada 6 tablet pada batch 2 yang penyimpangannya lebih dari 10%, formula 2 ada 2 tablet pada batch 1 yang penyimpangannya lebih dari 5%, sedangkan formula 4 tidak ada satupun yang penyimpangannya lebih dari 5% dan 10 % Selanjutnya adalah uji terhadap kekerasan tablet untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap tablet. uji ini ditujukan untuk mengukur kekuatan tablet dalam menghadapi benturan pada saat distribusi ataupun penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan yang optimum sehingga tidak mudah hancur dan lebih tahan dengan segala kondisi. Hasil yang didapat adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan menggunakan Stokes Monsanto Hardness Tester. Pengujian dilakukan dengan cara Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. meletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet ditekan hingga pecah dan dilakukan sebanyak 20 kali. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Untuk tablet ini dimungkinkan memiliki kekerasan tablet senilai 4-10kg dan hasil dari uji ini diperoleh standar deviasi dari batch 1 sebesar kg. Dan Batch 2 sebesar. Sedangkan pada formula 1 batch 1 sebesar 2.172193 dan batch 2 sebesar 1.856032 kg, pada formula 2 batch 1 sebesar Yang terakhir adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained release). Dengan cara Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Hasil dari uji waktu hancur bisa dilihat dari data hasil pengamatan bahwa dari formula 1 sampai formula 4 telah memenuhi syarat karena tidak lebih dari 15 menit. II. Kesimpulan Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak. Berdasarkan percobaan pembuatan tablet parasetamol dengan metode granulasi basah dapat disimpulkan : Tiap tablet mengandung : PCT 250 gram Amilum 10 % PVP 2 % Lactosa anhidrat q.s Amilum 5 % Talkum 2 % Magnesium stearat 1 % Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang menggunakan pengikat PVP baik dibandingkan dengan menggunakan pengikat lainnya.bisa dilihat dari kesimpulan data dibawah ini : Evaluasi Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Bahan pengikat PA 5% PA 10% PVP 2% PVP 5% Batch 1 2 1 2 1 2 1 2 granul Uji Homogenitas Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Kandungan Lembab X X X X X X X X Kecepatan Aliran Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Bobot Jenis Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö tablet Uji Organoleptik X X X X X X X X Keseragaman Bentuk dan Ukuran X Ö X X X X Ö X Keseragaman Bobot Ö X Ö Ö Ö Ö Ö Ö Kekerasan X Ö Ö X X X X X Friabilitas X X X X X X X X Friksibilitas - - - - - - - - Waktu Hancur Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Uji Disolusi - - - - - - - - Keterangan: Ö = memenuhi syarat X = tidak memenuhi syarat III. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan. Jakarta. Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta. Roya Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. 6th Edition. Pharmaceutical Press. London Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : F. Ibrahim. Edisi ke-4. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.\ Wade, Ainley and Paul J Weller. Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed VI.2009.London; The Pharmaceutical Press Syamsuni, M. 2006. Ilmu Resep, ECG Jakarta Farmakologi dan Terapi US Pharmacopeia 30, NF 35, tahun 2007 Obat-Obat penting edisi 6